Kamis, 12 Agustus 2010

Kebodohan

Kebodohan waktu SD: SMS-an sama MARSHANDA
Waktu saya SD dulu, ada salah seorang teman saya yang memberikan saya nomor handphone Marshanda. Dia bilang kalau nomor itu adalah nomor asli-nya Marshanda. Marshanda yang saat itu notabenenya terkenal sebagai tokoh protagonist yang lemah gemulai, penuh intrik, dilema, dan kesedihan dalam Sinetron Bidadari amat sangat dikagumi di kalangan anak SD. Bagaimana tidak, saat itu hampir semua teman teman saya pada hari Minggu malam pasti tidak pernah absen menonton Sinetron Bidadari di RCTI. Singkat kata, akhirnya dengan penuh kesenangan menggelora dalam hati, saya menyimpan nomor “Marshanda” itu di handphone saya. Keesokan harinya saya langsung meng-SMS nomor itu. Saya masih hafal betul, dengan penuh percaya diri, saat itu saya bilang,” Halo Kak Marshanda, apa kabar? Salam ya buat Ibu Peri dan Bombom. Hati hati ya kalau ada Ratu Ayu, dia kan jahat”. Beberapa lama kemudian si “Marshanda” ini membalas. Balasannya adalah: “Maaf ini bukan Marshanda”. Sial -__-‘’

Kebodohan waktu SMP: Terperosok ke tempat sampah
Pada saat saya kelas delapan, atau kelas dua SMP, di sekolah saya sedang berlangsung pertandingan basket yang amat sengit yang berlokasi di aula atau lebih tepatnya di GOR sekolah saya. Saya dan sahabat karib sampai maut memisahkan saya yaitu Yuri Tadira ingin sekali melihat pertandingan tersebut karena ada beberapa teman kami yang ikut bertanding. Kami berdua akhirnya pergi menuju GOR sambil membawa majalah Gaul yang saya beli di depan sekolah (Waktu itu majalah Gaul sedang booming). Begitu sampai GOR, kami langsung menuju spot yang paling PW dan paling ngeunah yaitu tepat berada di depan pintu GOR, di depan pintunya sekali. Kami berdua begitu semangat menyemangati teman teman kami yang sedang bertanding bagaikan sedang menonton piala dunia di Afrika Selatan dan suara kami sangat KERAS dan begitu penuh dengan rasa semangat dalam jiwa bagaikan suara Vuvuzela. Tidak kami sadari, dari arah belakang ada seseorang yang memiliki tubuh di atas rata-rata orang kebanyakan dengan perut yang lumayan besar sedang berlari menuju arah pintu GOR, tempat kami berdiri. BUM BUM BUM begitulah bunyinya #berlebihan. Satu hal lain yang tidak saya sadari waktu itu adalah tepat dipinggir saya ada seonggok tempat sampah GOR yang juga berukuran jumbo yang (untungya) sedang kosong. BUM BUM BUM anak besar itu berlari tetapi kami tetap tidak menyadarinya. Tiba tiba DUERRR!! Anak itu menabrak saya dan saya akhirnya terpelanting, terpental, dan terjerembab ke arah tempat sampah. Rasanya seperti TERTABRAK ODONG ODONG KOMPLEK DI TENGAH KERUMUNAN ORANG, malu bercampur rasa sakit dan dibumbui sedikit perasaan kesal. Untung sekali bagi Yuri karena dirinya berhasil menghindar dari bencana kekuatan perut anak besar yang membabi buta tersebut. Saya? MASUK TEMPAT SAMPAH. Poor Me.

Kebodohan waktu SMA: Menumpahkan segelas soda merah darah di tengah keramaian
Saat itu saya berencana untuk bertemu teman-teman SMP saya di salah satu restauran pizza terkemuka. Sepulang sekolah saya langsung bergegas ke restauran tersebut. Whorrray! Saya sangat bahagia karena akan bertemu teman SMP saya. Begitu sampai, kami langsung mengobrol seperti orang yang sudah tidak bertemu 2514873ribu juta milyar tahun lamanya. Restauran itu sangat ramai dan banyak orang sedang makan. Kebahagiaan dan keceriaan terus berlangsung sampai teman saya yaitu Edwina Ratu Cahaya Silau Membabi Buta Memekakan Mata mengajak saya untuk berfoto ria tetapi saya menolak. Alasannya adalah ketidak kobean wajah saya. Saat itu wajah saya terlihat sangat kusut, semerawut dan pagujud bagaikan benang kusut. Saya tetap menolak tetapi Edwina tetap memaksa sampai akhirnya...

...

Minuman soda berwarna merah darah yang baru saja saya pesan dan saya minum satu sedot secara dahsyat, mengenaskan, dan spektakuler TUMPAH RUAH membasahi seluruh tas dan celana seragam sekolah saya, juga rok seragamnya Edwina karena tersenggol tangan kami. Kami pun saling bertatap mata beberapa menit. Di dalam otak saya waktu itu hanya terbersit satu kata, yaitu malu. Kami terus saja bertatap mata sampai teman kami yaitu Nisa Vikasari Syahida Cantik Membahana Di Seluruh Nusantara Dan Angkasa Raya menyadarkan kami dari lamunan dan ratapan kami yang tak kunjung usai bagaikan sinetron Tersanjung. Pandangan semua orang tertuju pada kami. Malu sekali -,-

2 komentar: